Selasa, 23 Februari 2016

Pengertian Masa Nifas, Proses Laktasi Dan Menyusui

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
“Pengertian Masa Nifas, Proses Laktasi Dan Menyusui”







Dosen Pengampu:

Tika Lubis, S.ST





Disusun Oleh:

Dwi Rosmayanti        (14241002)
Vina Herlina              (14241014)







PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN DEWI SARTIKA BANDUNG
2015



Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Pengertian Masa Nifas, Proses Laktasi Dan Menyusui”. Makalah ini disusun antara lain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui”.
Adapun dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak pihak yang mendukung, oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Yth Hj. Fudji Astuti, S,ST selaku Direktur Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
2.      Yth Tika Lubis, S.ST selaku Dosen Pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
3.      Kepada kedua orang tua kami serta keluarga kami yang telah memberikan do’a  dan dukungannya.
4.      Kepada rekan-rekan yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi.

Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk pembangunan dimasa depan yang lebih baik. Terimakasih


Bandung, 12 September 2015


                Penulis,







1.1  Latar belakang
Dalam hal praktek perawatan selama masa nifas (setelah ibu melahirkan sampai dengan sekitar 35- 40 hari) beberapa data dapat dipaparkan. Minum jamu yang merupakan kebiasaan sebagian masyarakat suku Jawa juga dilakukan oleh hampir semua responden saat nifas. Hanya satu orang (1,7%) yang dengan jujur menyatakan melakukan hubungan seksual saat nifas, walaupun ini tidak dianjurkan oleh kesehatan dan juga agama (Islam). Selama masa nifas sebagian responden (41,7%) berpantang mengkonsumsi daging dan ikan. Pijat badan untuk mengembalikan kebugaran tubuh setelah bersalin dilakukan oleh 83,3% responden.1
Dalam masyarakat Jawa, kehamilan (dan kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwa yang penting dalam siklus hidup manusia. Oleh karena itu ibu dan keluarga melakukan serangkaian aktivitas ritual untuk menyambutnya. Faktor kekerabatan (suami, orang tua, nenek) masih memberikan peran yang penting dalam tindakan-tindakan si ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik dalam memberikan nasehat (karena mereka sudah berpengalaman menjalani peristiwa tersebut) maupun pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan sarana pelayanan apakah yang akan dipergunakan.1

1.2  Rumusan Masalah
Adapun dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah di antaranya:
1)      Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2)      Apa tujuan asuhanmasa nifas?
3)      Bagaiman peran tanggung jawab bidan masa nifas?
4)      Bagaimana tahapan masa nifas?
5)      Bagaimana kebijkan program nasional masa nifas?
6)      Bagaimana anatomi dan fisiologi payudara?
7)      Bagaimanacara memberikan dukungan bidan dalam pemberian ASI?
8)      Apa manfaat pemberian ASI?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa tujuan penulisan di antaranya:
1)      Untuk mengetahuipengertian nifas.
2)      Untuk memahami tujuan asuhan masa nifas.
3)      Untuk mengetahui perandan tanggung jawab bidan dalam masa nifas.
4)      Untuk mengetahui tahapan masa nifas.
5)      Untuk mengetahui kebijkan program nasional masa nifas.
6)      Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi payudara.
7)      Untuk mengetahui memberikan dukungan bidan dalam pemberian ASI
8)      Untuk mengetahui cara pemberian ASI.


2.1  Pengertian Masa Nifas
Pengertian nifas menurut Prof. DR.Rustam,MPH adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi, yang digunakan untuk memulihkan kesehatanya (selama 6-8 minggu). nifas menurut midwife rulus UKCC adalah suatu periode  yang berlangsung tidak kurang dari sepuluh hari dan tidak melebihi 28 hari setelah berakhinya masa persalinan yang masih memerlukan dukungan dan pendampingan terhadap bayidan ibu. Perawatan yang dibutuhkan ibu dan bayinya selama puerperium sebaiknya didasari pada prinsip meningkatkan kesejahteraanibu, memebentuk”good maternal child relationship, mendukung atau memperketat kepercayaan ibu, serta membantu ibu agar mempu memenuhi tugas atau tanggung jawab sebagai seorang ibu.2
Terdapat beberapa pengertian mengenai masa nifas, di antaranya adalah sebagai berikut:3
1)      Menurut JHPEIGO pada tahun 2002 mengatakan bahwa masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya
2)      Menurut Benner dan Brown pada tahun 1999 mengatakan bahwa masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi.

Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:3
1)      Puerperium dini,yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2)      Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
3)      Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
Infeksi nifas (infeksi puerperalis) adalah infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas  sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadianinfeksinifas. Demam dalamnifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernafasan, malaria, dan tifus. Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38˚C atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut.kenaikan suhu ini terjaddi sesudah 24 jam pascapersalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.4

2.2  Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:3
1)      Memulihkan kesehatan umum penderita.
(1)   Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
(2)   Mengatasi anemia
(3)   Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
(4)   Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
2)      Mempertahankan kesehatan psikologis
3)      Mencegah infeksi dan komplikasi
4)      Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI).
5)      Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

2.3  Peran Dan Tanggung Jawab Bidan
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan (partnership) dengan ibu. Selain itu, dengan cara:3
1)      Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2)      Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
3)      Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
4)      Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
5)      Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan..
6)      Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.

2.4  Tahapan Masa Nifas
Adapun terdapat beberapa tahapan dalam masa nifas yang dikatakan menurut reva rubin, di antaranya:5
1)      Periode taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
(1)   Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
(2)   Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
(3)   Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan.
(4)   Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.
(5)   Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nitrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal.
2)      Periode taking on / taking hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
(1)   Ibu memeperhatikankemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan kemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
(2)   Ibu menfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.
(3)   Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti popok.
(4)   Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
(5)   Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
3)      Periode letting go
(1)   Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian keluarga.
(2)   Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memeahami kebutuhan bayi sehingga kan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial.
(3)   Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

2.5  Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi.

Tabel 1.1 Program Kunjungan Nifas

Kunjungan
Waktu
Tujuan
I
6-8 jam setelah persalinan
1)      Mencegah perdarahan masa nifas akibat Antonia uteri.
2)      Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut.
3)      Member konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat Antonia uteri.
4)      Pemberian ASI awal
5)      Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)      Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
7)      Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
II
6 hari setelah persalinan
1)      Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2)      Menilai adanya demam.
3)      Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
4)      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda penyulit.
5)      Member konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi sehari-hari.
III
2 minggu setelah persalinan
1)      Sama seperti di atas 6 hari setelah persalinan.

IV
6 minggu setelah persalinan
2)      Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu
3)      Member konseling keluarga berencana (KB) secara dini
Sumber:Bahiyatun3

2.6  Anatomi Dan Fisiologi Payudara
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Dilihatdari luar, payudara tebagi menjadi tiga bagianutama, yaitu:5
1)      Korpus (badan), yaitu bagian yang besar.
2)      Areola, yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman.
3)      Papilla atau putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Secara Mikroskopis payudara perempuan memiliki 3 unsur, yakni kelenjar susu (alveolus) yang menghasilkan susu, saluran susu (duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar-kelenjar susu.5
1)      Kopus mamae
Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya masing-masing lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu atau sistem duktus sehingga merupakan suatu pohon. Bila diikuti  pohon tersebut dari akarnya pada putting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus. Di daerah areola mammae duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus laktiferus/gudang susu (ampula) di mana tempat penampungan air susu. Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjdai duktus dan duktulus.5
Tiap-tiap duktulus pada perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka dan sel-sel accini yang menghasilkan air susu dan dikelilingiotot polos (miopitel) yang berfungsi memeras air susu keluar dari alveoli. Alveoli juga dikelilingi pembuluh darah yang membentuk zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.5
Sedangkan stroma, jaringan penyangga pada korpus mammae tersusun atas bagian-bagian di antaranya:5
(1)   Jaringan ikat
(2)   Jaringan lemak
(3)   Pembuluh darah
(4)   Syaraf
(5)   Pembuluh limfe
Jaringan lemak disekeliling alveoli dan laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara. Ukuran payudara besar atau kecil memiliki alveoli dan duktus laktiferus yang sama, sehingga dapat menghasilkan ASI yang sama banyaknya. Disekeliling alveoli juga terdapat otot polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI keadaan hormone oksitoin menyebabkan otot polos tersebut berkontraksi.5

2)      Areola
Putting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada putting dan areola terdapat ujung-ujung saraf peraba yang penting pada proses reflex saat menyusui, dan daerah yang mengalami hiperpigmentasi lebih atau bagian tengah yang berwarna kehitaman. Warna kegelapan disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit, dengan luas 1/3 atau 12 dari payudara. Putting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu.5
Pada umumnya, puting susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai puting yang panjang, datar atau masuk kedalam. Namun, bentuk putting tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi. Pada ujung putting susu terdapat 15-20 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar seperti kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan kelenjar Montgomery yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur. Di bawah areola saluran yang besar melebar, disebut sinus laktiferus. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.5

3)      Papila mammae (puting susu)
Saluran susu bermuara ke putting susu, putting susu terletak setinggikosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyabervariasi pula.  Putting susus memiliki kurang lebih 20 ujung saluran susu yang berhubungan dengan kelenjar yang berada di payudara.  Jaringan penunjang terdiri dari jaringan lemak danjaringan ikat yang berada diantara kelenjar susu dan saluran susu, agar menjadi kesatuan. Selain ketiga unsure tersebut, terdapat legamen yang melekat di tulang dada dan otot (musculus pectoralis mayor) yang berada di dasar payudara. Dengan bertambahnya usia, ligament ini akan kendur sehingga payudara akan tampak turun. Sementara itu otot berfungsi untuk menggerakkan payudara jika otot digerakkan, payudara akan ikut bergerak. Hal ini berarti otot berfungsi untuk menggerakan payudara.5
Payudara juga berhubungan dengan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang erat hubungannya dengan payudara adalah kelenjar getah bening yang ada diketiak diatas tulang clavikula. Kelenjar getah bening ini berfungsi sebagai benteng yang menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi. Jika terjadi infeksi, sel getah bening akan membesar. Kelainan yang terjadipada payudara seperti kanker, bisa terlokaliisir pada kelenjar getah bening tersebut. Dalam keadaan normal, kelenjar getah bening tidak terasa sewaktu diraba. Namun jika kanker menyebar ke kelenjar getah bening,kelenjar ini akan terasa seperti benjolan kecil.5

2.7  Fisiologi Payudara
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa di dalam penatalaksanaan pemberian air susu ibu ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan kebidanan dari pemberian ASI didasari oleh pemahaman tentang perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada wanita yang sedang berlaktasi postpartum. Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan alveolus dan duktus laktiferus di dalam mammae atau payudara dan juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung  sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.produksi prolaktin yang bersinambungan disebabkan oleh proses menyusui.3
Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuro-endokrin.  Rangsangan sentuhan pada payudara (ketika bayi menghisap) akanmerangsang produksi reflex let down atau pelepasan ASI dan membuat ASI tersedia bagi bayi. Pada awal laktasi, reflex pelepasan ASI ini tidak dipengaruhi oleh keadaaan emosi ibu. Namun, pelepasan ASI dapat dihampat oleh keadaan emosi ibu, misalnya ketika ia merasa sakit, malu, merasa tidak pasti, atau merasakan nyeri.3
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mammae melalui duktus ke sinus laktiferus. Isapan merangsnag produksi oksitosin oleh kelenjar hifofise posterior. Oksitosin memasiki darah dan menyebabkan kontraksi sel-sel khusu (sel miopitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan duktus laktiferus.kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus untuk disimpan. Pada saat bayi menghisap puting, ASI di dalam sinus tertekan dan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan. Pelepasan dapat terjadi ketika ibu mendengar bayimenangis atau sekedar memikirkan tentang bayinya.3
Pelepasan ASI penting sekali dalam pemberian ASI yang baik. Tanpa pelepasan, bayi mungkin menghisap terus-menerus. Akan tetapi, bayi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam payudara. Bila pelepasan gagal secara berulang kali dan payudara berulang kali tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, reflex ini akan berhenti berfungsi dan laktasi akan berhenti.3
Cairan pertam yang diperoleh bayi dari ibunya sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung campuran yang lebih kaya protein, mineral dan antibody dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi, dan kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi diperbolehkan sering menyusu, proses pembentukan ASI akan meningkat.3
Disamping protein,lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin dalam kadar yang diperlukan oleh bayi, ASI juga mengandung enzim, immunoglobulin, leukosit, hormone, dan faktor pertumbuhan. Susu terdiri dari kira-kira 90% air, sehingga bayi yang menyusu tidak memerlukan tambahan air atau cairan lain bagi tubuhnya.3
Adapun air susu ibu dalam  stadium laktasi dibedakan menjadi beberapa di antaranya:3
1)      Kolostrum
(1)         Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
(2)         Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3.
(3)         Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
(4)         Merupakan cairan viksus kental dengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning daripada susu yang matur.
(5)         Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
(6)         Lebih banyak mengandung protein daripada ASI yang matur, tetapi berbeda dari ASI yang matur. Dalam kolostrum, protein yang utama adalah globulin (gamma globulin).
(7)         Lebih banyak mengandung antibody daripada ASI yang matur. Selain itu, dapat memberikanperlindunganbagi bayi sampai umur 6 bulan.
(8)         Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI yang matur.
(9)         Mineral (terutama natrium, kalium, dan klorida) lebih tinggi daripada susu matur.
(10)     Total energy rendah jika dibandingkan dengan susu matur (hanya 58 kal/100 ml kolostrum).
(11)     Vitamin yang larut dalam lemak lebihtinggi daripada ASI yang matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau llebih rendah.
(12)     Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
(13)     Ph lebih alkalis daripada ASI yang matur.
(14)     Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin daripada ASI yang matur.
(15)     Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisi protein yang ada di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akanlebih banyak menambah kadar antibody pada bayi.
(16)     Volume berkisar 150-300ml/24 jam.

2)      Air susu masa peralihan
(1)   Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur.
(2)   Disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi. Ada pendapat bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
(3)   Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volume juga semakin meningkat.
(4)   Kompisisi ASI menurut Klein dan Osten adalah dalam satuan gram/100 ml.

3)      Air susu matur
(1)   Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relative konstan.
(2)   Merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein, riboflafin, dan karoten yang terdapat di dalamnya.
(3)   Tidak menggumpal jika dipanaskan.
(4)   Terdapat faktor antimikrobial.
(5)   Laktoferin merupakansuatu iron binding protein yang bersifat bakteriostastik kuat terhadap Eschericbia coli juga menghambat pertumbuhan candida albicans
(6)   Lactobacillus bifidus merupakan koloni kumanyang memetabolisasi laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH sehingga pertumbuhan kuman pathogen dapat dihambat.
(7)   Immunoglobulin member mekanisme pertahanan yang efektif terhadap bakteri danvirus terutama IgA dan bila bergabung dengan komplemen dan lisozim merupakan suatu antibakterialnonspesifik yang mengatur pertumbuhan flora usus.
(8)   Faktor leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah pertumbuhan kuman pathogen.








3.1  Simpulan
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan tujuh hari. Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas, disebut juga masa postpartum atau puerperium, adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang harusdiberikan pada bayi sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.



3.2  Saran
Dalam memberikan dukungan pemberian ASI dan melakukan kunjungan masa nifas adalah hal yang penting untuk dilakukan oleh seorang bidan.oleh sebab itu, bidan harus melakukan kunjungan masa nifas dan pemberian ASI.


1.   Suryawati C. Faktor Sosial Budaya dalam Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan Studi di Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2007; Vol. 2 / No. 1.

2.   Syafrudin. Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC;
2009. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=qTqERPPWTYAC&pg=PA75&dq=pengertian+nifas&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20nifas&f=true.

3.   Bahiyatun. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC; 2009. Available from: https://books.google.co.id/books?id=ZkPup-5Ozy8C&pg=PA2&dq=PENGERTIAN+MASA+NIFAS&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=PENGERTIAN%20MASA%20NIFAS&f=true.


4.   sastrawinata S. Ilmu kesehatan reproduksi obstetrik patologi. Jakarta: EGC; 2004. Available from: https://books.google.co.id/books?id=5SXtVDOPciIC&pg=PA187&dq=masa+nifas&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=masa%20nifas&f=true.

5.   Pitriani R, Andriyani R. Panduan lengkap asuhan kebidanan ibu nifas normal (askeb III). Yogyakarta: Deepublish; 2014. Available from: https://books.google.co.id/books?id=Fmz_CAAAQBAJ&pg=PA15&dq=pengertian+masa+nifas&hl=en&sa=X&ved=0CCIQ6AEwAWoVChMIpZLl8ZTwxwIVy8WOCh3r6A8w#v=onepage&q=pengertian%20masa%20nifas&f=true.





0 komentar:

Posting Komentar