ASUHAN KEBIDANAN NIFAS DAN MENYUSUI
“Pengertian Masa Nifas, Proses
Laktasi Dan Menyusui”
Dosen
Pengampu:
Tika
Lubis, S.ST
Disusun
Oleh:
Dwi Rosmayanti (14241002)
Vina Herlina (14241014)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
AKADEMI KEBIDANAN DEWI SARTIKA
BANDUNG
2015
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat
Allah SWT, atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Pengertian
Masa Nifas, Proses Laktasi Dan Menyusui”. Makalah ini disusun antara lain untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui”.
Adapun dalam penyusunan
makalah ini terdapat banyak pihak yang mendukung, oleh karena itu kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Yth
Hj. Fudji Astuti, S,ST selaku Direktur Akademi Kebidanan Dewi Sartika Bandung.
2. Yth
Tika Lubis, S.ST selaku Dosen Pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui.
3. Kepada
kedua orang tua kami serta keluarga kami yang telah memberikan do’a dan dukungannya.
4. Kepada
rekan-rekan yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami
sebagai penulis dan umumnya bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk pembangunan dimasa depan yang lebih baik. Terimakasih
Bandung,
12 September 2015
Penulis,
1.1 Latar
belakang
Dalam hal praktek
perawatan selama masa nifas (setelah ibu melahirkan sampai dengan sekitar 35-
40 hari) beberapa data dapat dipaparkan. Minum jamu yang merupakan kebiasaan
sebagian masyarakat suku Jawa juga dilakukan oleh hampir semua responden saat
nifas. Hanya satu orang (1,7%) yang dengan jujur menyatakan melakukan hubungan
seksual saat nifas, walaupun ini tidak dianjurkan oleh kesehatan dan juga agama
(Islam). Selama masa nifas sebagian responden (41,7%) berpantang mengkonsumsi
daging dan ikan. Pijat badan untuk mengembalikan kebugaran tubuh setelah
bersalin dilakukan oleh 83,3% responden.1
Dalam masyarakat Jawa,
kehamilan (dan kemudian kelahiran bayi) merupakan peristiwa yang penting dalam
siklus hidup manusia. Oleh karena itu ibu dan keluarga melakukan serangkaian
aktivitas ritual untuk menyambutnya. Faktor kekerabatan (suami, orang tua,
nenek) masih memberikan peran yang penting dalam tindakan-tindakan si ibu
berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan pasca persalinan, baik dalam memberikan
nasehat (karena mereka sudah berpengalaman menjalani peristiwa tersebut) maupun
pengambilan keputusan siapa penolong persalinan dan sarana pelayanan apakah
yang akan dipergunakan.1
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun dalam penyusunan makalah ini terdapat
beberapa rumusan masalah di antaranya:
1) Apa
yang dimaksud dengan masa nifas?
2) Apa
tujuan asuhanmasa nifas?
3) Bagaiman
peran tanggung jawab bidan masa nifas?
4) Bagaimana
tahapan masa nifas?
5) Bagaimana
kebijkan program nasional masa nifas?
6) Bagaimana
anatomi dan fisiologi payudara?
7) Bagaimanacara
memberikan dukungan bidan dalam pemberian ASI?
8) Apa
manfaat pemberian ASI?
1.3 Tujuan
Penulisan
Adapun dalam penyusunan
makalah ini terdapat beberapa tujuan penulisan di antaranya:
1) Untuk
mengetahuipengertian nifas.
2) Untuk
memahami tujuan asuhan masa nifas.
3) Untuk
mengetahui perandan tanggung jawab bidan dalam masa nifas.
4) Untuk
mengetahui tahapan masa nifas.
5) Untuk
mengetahui kebijkan program nasional masa nifas.
6) Untuk
mengetahui anatomi dan fisiologi payudara.
7) Untuk
mengetahui memberikan dukungan bidan dalam pemberian ASI
8) Untuk
mengetahui cara pemberian ASI.
2.1 Pengertian
Masa Nifas
Pengertian nifas
menurut Prof. DR.Rustam,MPH adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi,
yang digunakan untuk memulihkan kesehatanya (selama 6-8 minggu). nifas menurut
midwife rulus UKCC adalah suatu periode
yang berlangsung tidak kurang dari sepuluh hari dan tidak melebihi 28
hari setelah berakhinya masa persalinan yang masih memerlukan dukungan dan
pendampingan terhadap bayidan ibu. Perawatan yang dibutuhkan ibu dan bayinya
selama puerperium sebaiknya didasari pada prinsip meningkatkan
kesejahteraanibu, memebentuk”good maternal child relationship, mendukung atau
memperketat kepercayaan ibu, serta membantu ibu agar mempu memenuhi tugas atau
tanggung jawab sebagai seorang ibu.2
Terdapat beberapa
pengertian mengenai masa nifas, di antaranya adalah sebagai berikut:3
1) Menurut
JHPEIGO pada tahun 2002 mengatakan bahwa masa nifas dimulai beberapa jam
sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya
2) Menurut
Benner dan Brown pada tahun 1999 mengatakan bahwa masa nifas tidak kurang dari
10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan
bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi.
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah
melahirkan anak ini disebut puerperium,
yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium
berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali
seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. nifas dibagi dalam
tiga periode, yaitu:3
1) Puerperium
dini,yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan.
2) Puerperium
intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital.
3) Remote
puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu
untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.
Infeksi nifas (infeksi
puerperalis) adalah infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari
endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas
maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam
nifas sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks
kejadianinfeksinifas. Demam dalamnifas selain oleh infeksi nifas dapat juga
disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan pernafasan, malaria, dan tifus.
Morbiditas nifas ditandai dengan suhu 38˚C atau lebih, yang terjadi selama 2
hari berturut-turut.kenaikan suhu ini terjaddi sesudah 24 jam pascapersalinan
dalam 10 hari pertama masa nifas.4
2.2 Tujuan
Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang
dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai
tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian.
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:3
1) Memulihkan
kesehatan umum penderita.
(1) Menyediakan
makanan sesuai kebutuhan
(2) Mengatasi
anemia
(3) Mencegah
infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
(4) Mengembalikan
kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
2) Mempertahankan
kesehatan psikologis
3) Mencegah
infeksi dan komplikasi
4) Memperlancar
pembentukan air susu ibu (ASI).
5) Mengajarkan
ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal.
2.3 Peran
Dan Tanggung Jawab Bidan
Peran dan tanggung
jawab bidan dalam masa nifas adalah memberi perawatan dan dukungan sesuai
kebutuhan ibu, yaitu melalui kemitraan (partnership)
dengan ibu. Selain itu, dengan cara:3
1) Mengkaji
kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
2) Menentukan
diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas.
3) Menyusun
rencana asuhan kebidanan berdasarkan prioritas masalah.
4) Melaksanakan
asuhan kebidanan sesuai dengan rencana.
5) Mengevaluasi
bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan..
6) Membuat
rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien.
2.4 Tahapan
Masa Nifas
Adapun terdapat
beberapa tahapan dalam masa nifas yang dikatakan menurut reva rubin, di
antaranya:5
1) Periode
taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)
(1) Ibu
masih pasif dan tergantung dengan orang lain.
(2) Perhatian
ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya.
(3) Ibu
akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan.
(4)
Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk
mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.
(5) Nafsu
makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nitrisi.
Kurangnya nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak
berlangsung normal.
2) Periode
taking on / taking hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)
(1) Ibu
memeperhatikankemampuan menjadi orang tua dan meningkatkan kemampuan menjadi
orang tua dan meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.
(2) Ibu
menfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, BAK, BAB dan daya tahan
tubuh.
(3) Ibu
berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi seperti menggendong,
menyusui, memandikan dan mengganti popok.
(4) Ibu
cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi.
(5) Kemungkinan
ibu mengalami depresi postpartum karena merasa tidak mampu membesarkan bayinya.
3) Periode
letting go
(1) Terjadi
setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh dukungan serta perhatian
keluarga.
(2) Ibu
sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat bayi dan memeahami kebutuhan bayi
sehingga kan mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan sosial.
(3) Depresi
postpartum sering terjadi pada masa ini.
2.5 Kebijakan
Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit empat
kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah yang terjadi.
Tabel 1.1 Program Kunjungan Nifas
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
I
|
6-8 jam setelah
persalinan
|
1)
Mencegah perdarahan masa nifas akibat Antonia
uteri.
2)
Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan
dan rujuk jika perdarahan berlanjut.
3)
Member konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa nifas akibat Antonia uteri.
4)
Pemberian ASI awal
5)
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)
Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermi.
7)
Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
|
II
|
6 hari setelah
persalinan
|
1)
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau
2)
Menilai adanya demam.
3)
Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan, dan istirahat.
4)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperhatikan tanda penyulit.
5)
Member konseling pada ibu tentang asuhan pada
bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan perawatan bayi
sehari-hari.
|
III
|
2 minggu
setelah persalinan
|
1)
Sama seperti di atas 6 hari setelah persalinan.
|
IV
|
6 minggu
setelah persalinan
|
2)
Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu
3)
Member konseling keluarga berencana (KB) secara
dini
|
Sumber:Bahiyatun3
2.6 Anatomi
Dan Fisiologi Payudara
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan
ikat dan jaringan lemak. Dilihatdari luar, payudara tebagi menjadi tiga
bagianutama, yaitu:5
1) Korpus
(badan), yaitu bagian yang besar.
2) Areola,
yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman.
3) Papilla
atau putting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Secara Mikroskopis payudara perempuan memiliki 3
unsur, yakni kelenjar susu (alveolus) yang menghasilkan susu, saluran susu
(duktus laktiferus) dan jaringan penunjang yang mengikat kelenjar-kelenjar
susu.5
1) Kopus
mamae
Payudara terdiri dari
15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus, selanjutnya
masing-masing lobules terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan
dengan saluran air susu atau sistem duktus sehingga merupakan suatu pohon. Bila
diikuti pohon tersebut dari akarnya pada
putting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus laktiferus.
Di daerah areola mammae duktus laktiferus ini melebar membentuk sinus
laktiferus/gudang susu (ampula) di mana tempat penampungan air susu.
Selanjutnya duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjdai duktus dan duktulus.5
Tiap-tiap duktulus pada
perjalanan selanjutnya disusun oleh sekelompok alveoli. Di dalam alveoli
terdiri dari duktulus yang terbuka dan sel-sel accini yang menghasilkan air
susu dan dikelilingiotot polos (miopitel) yang berfungsi memeras air susu
keluar dari alveoli. Alveoli juga dikelilingi pembuluh darah yang membentuk
zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau
sintesis air susu ibu.5
Sedangkan stroma,
jaringan penyangga pada korpus mammae tersusun atas bagian-bagian di antaranya:5
(1) Jaringan
ikat
(2) Jaringan
lemak
(3) Pembuluh
darah
(4) Syaraf
(5) Pembuluh
limfe
Jaringan lemak
disekeliling alveoli dan laktiferus menentukan besar kecilnya ukuran payudara.
Ukuran payudara besar atau kecil memiliki alveoli dan duktus laktiferus yang
sama, sehingga dapat menghasilkan ASI yang sama banyaknya. Disekeliling alveoli
juga terdapat otot polos yang akan berkontraksi dan memeras keluar ASI keadaan
hormone oksitoin menyebabkan otot polos tersebut berkontraksi.5
2) Areola
Putting susu dan areola
adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada
putting dan areola terdapat ujung-ujung saraf peraba yang penting pada proses
reflex saat menyusui, dan daerah yang mengalami hiperpigmentasi lebih atau
bagian tengah yang berwarna kehitaman. Warna kegelapan disebabkan oleh
penipisan dan penimbunan pigmen pada kulit, dengan luas 1/3 atau 12 dari
payudara. Putting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu
ada rangsangan menyusu.5
Pada umumnya, puting
susu menonjol keluar. Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai puting yang
panjang, datar atau masuk kedalam. Namun, bentuk putting tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi. Pada ujung putting susu terdapat 15-20 muara
lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar
seperti kelenjar keringat dan kelenjar lemak. Kelenjar lemak merupakan kelenjar
Montgomery yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar
puting tetap lunak dan lentur. Di bawah areola saluran yang besar melebar,
disebut sinus laktiferus. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran,
terdapat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.5
3) Papila
mammae (puting susu)
Saluran susu bermuara
ke putting susu, putting susu terletak setinggikosta IV, tetapi berhubung
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyabervariasi pula. Putting susus memiliki kurang lebih 20 ujung
saluran susu yang berhubungan dengan kelenjar yang berada di payudara. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan
lemak danjaringan ikat yang berada diantara kelenjar susu dan saluran susu,
agar menjadi kesatuan. Selain ketiga unsure tersebut, terdapat legamen yang
melekat di tulang dada dan otot (musculus pectoralis mayor) yang berada di
dasar payudara. Dengan bertambahnya usia, ligament ini akan kendur sehingga
payudara akan tampak turun. Sementara itu otot berfungsi untuk menggerakkan
payudara jika otot digerakkan, payudara akan ikut bergerak. Hal ini berarti
otot berfungsi untuk menggerakan payudara.5
Payudara juga
berhubungan dengan kelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang erat
hubungannya dengan payudara adalah kelenjar getah bening yang ada diketiak
diatas tulang clavikula. Kelenjar getah bening ini berfungsi sebagai benteng
yang menyaring sel-sel yang meradang akibat infeksi. Jika terjadi infeksi, sel
getah bening akan membesar. Kelainan yang terjadipada payudara seperti kanker,
bisa terlokaliisir pada kelenjar getah bening tersebut. Dalam keadaan normal,
kelenjar getah bening tidak terasa sewaktu diraba. Namun jika kanker menyebar
ke kelenjar getah bening,kelenjar ini akan terasa seperti benjolan kecil.5
2.7 Fisiologi
Payudara
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa di
dalam penatalaksanaan pemberian air susu ibu ASI. Sebagian besar aspek penatalaksanaan
kebidanan dari pemberian ASI didasari oleh pemahaman tentang perubahan anatomis
dan fisiologis yang terjadi pada wanita yang sedang berlaktasi postpartum.
Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesterone menginduksi perkembangan
alveolus dan duktus laktiferus di dalam mammae atau payudara dan juga
merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar
hormon estrogen menurun. Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya
kadar prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.produksi prolaktin yang
bersinambungan disebabkan oleh proses menyusui.3
Pelepasan ASI berada di bawah kendali
neuro-endokrin. Rangsangan sentuhan pada
payudara (ketika bayi menghisap) akanmerangsang produksi reflex let down atau pelepasan ASI dan membuat
ASI tersedia bagi bayi. Pada awal laktasi, reflex pelepasan ASI ini tidak
dipengaruhi oleh keadaaan emosi ibu. Namun, pelepasan ASI dapat dihampat oleh
keadaan emosi ibu, misalnya ketika ia merasa sakit, malu, merasa tidak pasti,
atau merasakan nyeri.3
Isapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus
mammae melalui duktus ke sinus laktiferus. Isapan merangsnag produksi oksitosin
oleh kelenjar hifofise posterior. Oksitosin memasiki darah dan menyebabkan
kontraksi sel-sel khusu (sel miopitel) yang mengelilingi alveolus mammae dan
duktus laktiferus.kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari
alveolus melalui duktus laktiferus menuju ke sinus laktiferus untuk disimpan.
Pada saat bayi menghisap puting, ASI di dalam sinus tertekan dan keluar ke
mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan let down atau pelepasan. Pada akhirnya, let down dapat dipicu tanpa rangsangan isapan. Pelepasan dapat
terjadi ketika ibu mendengar bayimenangis atau sekedar memikirkan tentang
bayinya.3
Pelepasan ASI penting sekali dalam pemberian ASI
yang baik. Tanpa pelepasan, bayi mungkin menghisap terus-menerus. Akan tetapi,
bayi hanya memperoleh sebagian dari ASI yang tersedia dan tersimpan di dalam
payudara. Bila pelepasan gagal secara berulang kali dan payudara berulang kali
tidak dikosongkan pada waktu pemberian ASI, reflex ini akan berhenti berfungsi
dan laktasi akan berhenti.3
Cairan pertam yang diperoleh bayi dari ibunya
sesudah dilahirkan adalah kolostrum yang mengandung campuran yang lebih kaya
protein, mineral dan antibody dibandingkan dengan ASI yang telah matur. ASI
mulai ada kira-kira pada hari ke-3 atau ke-4 setelah kelahiran bayi, dan
kolostrum berubah menjadi ASI yang matur kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Bila ibu menyusui sesudah bayi lahir dan bayi diperbolehkan sering menyusu,
proses pembentukan ASI akan meningkat.3
Disamping protein,lemak, karbohidrat, mineral, dan
vitamin dalam kadar yang diperlukan oleh bayi, ASI juga mengandung enzim,
immunoglobulin, leukosit, hormone, dan faktor pertumbuhan. Susu terdiri dari
kira-kira 90% air, sehingga bayi yang menyusu tidak memerlukan tambahan air
atau cairan lain bagi tubuhnya.3
Adapun air susu ibu dalam stadium laktasi dibedakan menjadi beberapa di
antaranya:3
1) Kolostrum
(1)
Merupakan cairan yang pertama kali
disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
sebelum dan setelah masa puerperium.
(2)
Disekresi oleh kelenjar payudara dari
hari ke-1 sampai hari ke-3.
(3)
Komposisi dari kolostrum ini dari hari
ke hari selalu berubah.
(4)
Merupakan cairan viksus kental dengan
warna kekuning-kuningan dan lebih kuning daripada susu yang matur.
(5)
Merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran
pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
(6)
Lebih banyak mengandung protein daripada
ASI yang matur, tetapi berbeda dari ASI yang matur. Dalam kolostrum, protein
yang utama adalah globulin (gamma globulin).
(7)
Lebih banyak mengandung antibody
daripada ASI yang matur. Selain itu, dapat memberikanperlindunganbagi bayi
sampai umur 6 bulan.
(8)
Kadar karbohidrat dan lemak lebih rendah
daripada ASI yang matur.
(9)
Mineral (terutama natrium, kalium, dan
klorida) lebih tinggi daripada susu matur.
(10) Total
energy rendah jika dibandingkan dengan susu matur (hanya 58 kal/100 ml
kolostrum).
(11) Vitamin
yang larut dalam lemak lebihtinggi daripada ASI yang matur, sedangkan vitamin
yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau llebih rendah.
(12) Bila
dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
(13) Ph
lebih alkalis daripada ASI yang matur.
(14) Lipidnya
lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin daripada ASI yang matur.
(15) Terdapat
tripsin inhibitor sehingga hidrolisi protein yang ada di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna. Hal ini akanlebih banyak menambah kadar antibody pada
bayi.
(16) Volume
berkisar 150-300ml/24 jam.
2) Air
susu masa peralihan
(1) Merupakan
ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur.
(2) Disekresi
dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi. Ada pendapat bahwa
ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
(3) Kadar
protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volume juga
semakin meningkat.
(4) Kompisisi
ASI menurut Klein dan Osten adalah dalam satuan gram/100 ml.
3) Air
susu matur
(1) Merupakan
ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relative konstan.
(2) Merupakan
cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein, riboflafin, dan
karoten yang terdapat di dalamnya.
(3) Tidak
menggumpal jika dipanaskan.
(4) Terdapat
faktor antimikrobial.
(5) Laktoferin
merupakansuatu iron binding protein yang bersifat bakteriostastik kuat terhadap
Eschericbia coli juga menghambat pertumbuhan candida albicans
(6) Lactobacillus
bifidus merupakan koloni kumanyang memetabolisasi laktosa menjadi asam laktat
yang menyebabkan rendahnya pH sehingga pertumbuhan kuman pathogen dapat
dihambat.
(7) Immunoglobulin
member mekanisme pertahanan yang efektif terhadap bakteri danvirus terutama IgA
dan bila bergabung dengan komplemen dan lisozim merupakan suatu
antibakterialnonspesifik yang mengatur pertumbuhan flora usus.
(8) Faktor
leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah pertumbuhan kuman pathogen.
3.1 Simpulan
Setelah persalinan wanita akan mengalami masa
puerperium, untuk dapat mengembalikan alat genitalia interna kedalam keadaan
normal, dengan tenggang waktu sekitar 42 hari atau enam minggu atau satu bulan
tujuh hari. Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung kira-kira selama 6 minggu. Masa nifas, disebut juga
masa postpartum atau puerperium, adalah masa sesudah persalinan,
masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat
kandungan/reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari
pasca persalinan. Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik bagi bayi yang
harusdiberikan pada bayi sampai bayi berusia 4 bulan tanpa makanan pendamping.
3.2 Saran
Dalam
memberikan dukungan pemberian ASI dan melakukan kunjungan masa nifas adalah hal
yang penting untuk dilakukan oleh seorang bidan.oleh sebab itu, bidan harus
melakukan kunjungan masa nifas dan pemberian ASI.
1. Suryawati C. Faktor Sosial Budaya dalam
Praktik Perawatan Kehamilan, Persalinan, dan Pasca Persalinan Studi di
Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. 2007;
Vol. 2 / No. 1.
2. Syafrudin.
Kebidanan komunitas. Jakarta: EGC;
2009. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=qTqERPPWTYAC&pg=PA75&dq=pengertian+nifas&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=pengertian%20nifas&f=true.
3. Bahiyatun. Buku
ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC; 2009. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=ZkPup-5Ozy8C&pg=PA2&dq=PENGERTIAN+MASA+NIFAS&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=PENGERTIAN%20MASA%20NIFAS&f=true.
4. sastrawinata S.
Ilmu kesehatan reproduksi obstetrik patologi. Jakarta: EGC; 2004. Available
from:
https://books.google.co.id/books?id=5SXtVDOPciIC&pg=PA187&dq=masa+nifas&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=masa%20nifas&f=true.
5. Pitriani R,
Andriyani R. Panduan lengkap asuhan kebidanan ibu nifas normal (askeb III).
Yogyakarta: Deepublish; 2014. Available from:
https://books.google.co.id/books?id=Fmz_CAAAQBAJ&pg=PA15&dq=pengertian+masa+nifas&hl=en&sa=X&ved=0CCIQ6AEwAWoVChMIpZLl8ZTwxwIVy8WOCh3r6A8w#v=onepage&q=pengertian%20masa%20nifas&f=true.







0 komentar:
Posting Komentar